1.3.2.3 Gugat Cerai Harus Ada Alasan

GUGATAN CERAI HARUS ADA ADA ALASAN

A. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Pasal 39 Ayat 2

(2)   Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. 

B. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

Pasal 16 

Pengadilan hanya memutuskan untuk mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian yang dimaksud dalam Pasal 14 apabila memang terdapat alasan-alasan seperti yang dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah ini, dan Pengadilan berpendapat bahwa antara suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Pasal 19 

Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan : 

a.         Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; 

b.         Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; 

c.         Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; 

d.         Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain; 

e.         Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri; 

f.          Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

C. Kompilasi Hukum Islam 

Pasal 116

Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan: 

a.         salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; 

b.       salah satu pihak mninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; 

c.         salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; 

d.         salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; 

e.         salah satu pihak mendapat cacat badab atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;

f.          antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; 

g.         Suami menlanggar taklik talak; 

k.         peralihan agama tau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga